Khutbah I
اْلحَمْدُ
للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا
بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله
وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ
سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و
سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وعلى اله وأصْحابِهِ
وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أما بعد: فيايها الإخوان،
أوصيكم و نفسي بتقوى الله وطاعته لعلكم تفلحون، قال الله تعالى في القران
الكريم: أعوذ بالله من الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمان الرحيم: يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا،
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ
يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا
اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ
تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
صدق الله العظيم
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Rasulullah
SAW sebagaimana dikisahkan dalam Kitab Maulid Al-Barzanji, karya Syaikh
Ja’far bin Husin bin Abdul Karim bin Muhammad Al-Barzanji, adalah sosok
yang sangat rendah hati atau tawadhu’. Hal ini dapat ditemukan pada
halaman 123 sebagaimana kutipan berikut:
وَكَانَ صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَدِيْدَ اْلحَيَاءِ وَالتَّوَاضُعِ
Artinya: "Rasulullah SAW adalah sangat pemalu (memiliki rasa malu dan rasa bersalah) dan sangat tawadhu’."
Kerendahan
hati Rasulullah SAW tercermin dalam banyak hal, antara lain adalah: 1.
Ketika pada suatu hari beliau tidak besedia barang belanjaannya di pasar
dibawakan pulang oleh Abu Hurairah, 2. Ketika beliau mempersilakan para
sabahat berjalan di depan mendahului beliau, dan 3. Ketika beliau
mendahului beruluk salam ketika bertemu dengan para sahabat.
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Ketika
pada suatu hari Rasulullah SAW membeli barang-barang di pasar, di sana
ada Abu Hurairah yang juga sedang ada keperluan. Ketika Rasulullah SAW
telah mendapatkan barang-barang yang dibutuhkan dan hendak pulang, saat
itu juga Abu Hurairah bermaksud membawakan barang-barang belanjaan milik
beliau yang tentu saja dalam rangka memuliakan beliau. Rasulullah SAW
ternyata tidak berkenan Abu Hurairah bermaksud seperti itu. Kepada Abu
Hurairah, Rasulullah SAW mengatakan:
صَاحِبُ الشَّيْءِ أَحَقُّ بِشَيْئِهِ أَنْ يَحْمِلَهُ
Artinya: "Pemilik sesuatu barang lebih berhak (pantas) membawa barang miliknya. "
Tidak
berkenannya Rasulullah SAW terhadap Abu Hurairah membawakan
barang-barang beliau menunjukkan bahwa beliau bukanlah sosok yang sangat
suka dimuliakan orang lain, atau dalam istilah sekarang “gila hormat”.
Beliau menolak ketika akan diperlakukan istimewa yang berbeda dari
umumnya orang, padahal beliau adalah seorang nabi sekaligus rasul yang
paling mulia diantara semua nabi dan rasul di sisi Allah. Penolakan itu
menunjukkan bukti bahwa beliau memang orang yang sangat rendah hati
sehingga tidak merasa martabatnya turun hanya karena membawa
barang-barang sendiri, dan bukannya dibawakan orang lain.
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Bukti
lain yang menunjukkan Rasulullah SAW tidak gila hormat adalah
sebagaimana dikisahkan dalam kitab Maulid Al-Barzanji, halaman 123.
sebagaimana kutipan berikut:
يَمْشِيْ خَلْفَ أَصْحَابِهِ وَيَقُوْلُ خَلُوْا ظَهْرِيْ لِلْمَلَائِكَةِ الرُّوْحَانِيَّةِ
Artinya:
“Nabi Muhamamd SAW berjalan di belakang para sahabatnya, dan berkata
pada mereka, ‘Biarkan di belakangku malaikat saja yang tidak
kelihatan’.”
Dari kisah ini kita tahu para
sahabat berjalan mendahului beliau sehingga mereka membelakangi.
Rasulullah SAW tidak mencap kesediaan mereka mendahuli beliau sebagai
su’ul adab. Ketika para sahabat berjalan di depan beliau, kesan yang
tampak kemudian Rasulullah SAW seperti tidak lebih penting atau
terhornat dari pada para sahabat. Di sinilah kerendahan hati beliau yang
sulit dibantah.
Tetapi dari sisi lain dalam
konteks keamanan, ada hikmah dibalik perisitiwa itu, yakni sebagai
seseorang pemimpim beliau sedang memberikan contoh bahwa seorang
pemimpin tidak selalu harus berada di depan terutama ketika ancaman
musuh berasal dari belakang. Ancaman atau bahaya yang datangnya dari
arah depan tentu dapat diintisipasi sendiri oleh para sahabat karena
mata mereka (dan juga mata kita tentunya) berada di depan.
Sedangkan
kemungkinan adanya ancaman kepada Rasululullah SAW yang datangnya dari
belakang, beliau memasrahkan hal itu kepada Allah semata dengan meyakini
di belakang beliau ada malaikat yang sudah pasti sangat halus sehingga
tidak tampak.
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Bukti
lain lagi, adalah beliau lebih suka mendahului beruluk salam dari pada
didahului sebagaimana dikisahkan dalam Kitab Maulid Al-Barzanji, masih
di halaman 123, sebagaimana kutipan berikut:
وَيَبْدَؤُ مَنْ لَقِيَهُ بِالسَّلَامِ
Artinya: “Beliau mendahului beruluk salam ketika bertemu dengan siapapun.”
Kisah
ini menunjukkan bahwa Rasululllah SAW lebih suka mendahului memuliakan
orang lain. Padahal aturan secara umum sudah jelas sebagimana disebutkan
dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, bahwa:
1. Yang kecil memberi salam kepada yang besar.
2. Yang berjalan kepada yang duduk.
3. Yang sedikit kepada yang banyak.
4. Yang berkendaraan kepada yang berjalan kaki.
Tetapi
Rasulullah SAW pada kenyataannya lebih suka mendahului beruluk salam
dari pada didahului. Padahal sewajarnya apabila Rasulullah didahului
dalam beruluk salam dari pada mendahului karena posisi beliau sebagai
pimpinan umat yang tentu lebih tinggi dari pada umatnya.
Tetapi
Rasulullah tentu saja tidak salah dalam hal ini karena pada kesempatan
lain Rasulullah SAW bersabda bahwa mendahului uluk salam itu lebih baik
dari pada didahului sebagaimana diriwayatkan Abu Dawud dan Ahmad. Dalam
hadits lain yang diriwayatkan Imam Baihaqi, Rasulullah SAW bersabda
bahwa mendahului beruluk salam dapat menghilangkan takabur.
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Dari
ketiga bukti itu saja, sudah cukup kuat untuk menarik kesimpulan bahwa
Nabi Muhammad SAW adalah sosok yang sangat rendah hati sebagaimana
dikisahkan dalam Kitab Maulid Al-Barzanji ini. Bukti-bukti lain tentu
masih sangat banyak baik sebagaimana dikisahkan dalam kitab ini maupun
dalam kitab-kitab lainnya.
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Mudah-mudahan
kita semua dapat meneladani Rasulullah SAW dalam hal kerendahan hati
apapun kedudukan kita dalam kehidupan kita sehari-hari di masyarakat.
Kerendahan hati tidak pernah membuat kita jadi rendah. Justru yang
terjadi Allah akan mengangkat derajat kita di sisi-Nya. Sekali lagi,
mudah-mudahan Allah SWT memudahkan kita meneladani beliau. Amin ya rabbal alamin.
جَعَلَنا
اللهُ وَإيَّاكم مِنَ الفَائِزِين الآمِنِين، وَأدْخَلَنَا وإِيَّاكم فِي
زُمْرَةِ عِبَادِهِ المُؤْمِنِيْنَ : أعوذ بالله من الشيطان الرجيم، بسم
الله الرحمن الرحيم: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
باَرَكَ
اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ
بِالآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ
بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ
للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ
وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا
كِثيْرًا
أَمَّا
بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ
وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ
بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ
تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ
اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ
وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ
اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى
وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ
لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ
بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ
وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ
اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ
وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ
وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ
وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا
اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ
وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا
اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً
يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى
اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا
اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ
اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ
وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ
وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ
يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta
Sumber : NU Online